Like facebook kami

Monday, 25 May 2015

Cerita Inspiratif Nyata Terbaru 2015 (Sampai Pada Puncak berbeda)

Hi, tulisan ke 2 ini akan ku tuliskan sebuah cerita nyata tentang jungkir balik kehidupan sebuah keluarga. Semoga menginspirasi ya ^^


Pak Muji hanyalah seorang pekerja serabutan. Sekarang di hanya pencari rongsokan disebuah pabrik rosokan kecil di kotanya. Seminggu penghasilan hanya 30.000. Ia menjalani hidupnya dengan ikhlas dan penuh rasa syukur. Suatu ketika ia menyukai seorang wanita bernama Bu Nita. Keluarga Bu Nita tidak setuju dengan hubungan mereka karena penghasilan Pak Muji yang tidak menentu. Mereka terus berusaha agar orang tua Bu Nita setuju meskipun kadang mereka sembunyi-sembunyi untuk bertemu. Hingga akhirnya orang tua mereka setuju dan mereka menikah dengan sangat sederhana karena keadaan ekonomi.

Setelah menikah, Pak Muji dan Bu Nita tinggal diatas tanah warisan kakeknya Pak Muji. Mereka tinggal di rumah yg terbuat dari anyaman bambu (gedeg) yang terletak 1meter dari sungai . Rumah tersebut sungguh tidak layak untuk tempat tinggal, Atap genteng yg sudah berlubang dan hanya beberapa genteng yg ada diatap, tembok gedeg yg dimakan rayap dan hampir rubuh, lantai dari tanah yg selalu basah dan becek saat hujan. Tetapi karena itu satu-satunya tempat tinggal yg mereka miliki dan tidak punya uang untuk memperbaiki jadi mereka tetap sabar dan ikhlas.

Setahun kemudian mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang mereka beri nama Ayu Rahayu. Mereka sangat menyayangi Ayu. Hingga tiap malam mereka tsering tidak tidur agar Ayu tidak kedinginan, tidak digigit nyamuk dan tidak terkena tetesan air hujan yg masuk melalui celah atap genteng yg bolong. Mereka juga sering tidak makan agar Ayu bisa makan bubur dan makanan yg bergizi lainnya. Hingga suatu ketika hujan turun disertai angin kencang merobohkan rumah mereka. Sehingga Pak Muji,Bu Nita dan Ayu terpaksa mengungsi dirumah Nenek (ibu dari  Bu Nita).

Mereka tinggal dirumah nenek hanya beberapa minggu karena mereka memyewa rumah bekas kandang ayam di dekat rumah nenek. Biaya sewa sungguh murah, oleh karena otu mereka menyewanya. Saat pertama kali memasuki rumah, bau tahi ayam dimana-mana. genteng juga penuh lubang, tembok gedeg juga banyak rayap. Tapi setidaknya rumah itu masih berdiri tegak, tidak seperti rumah mereka sebelumnya yg roboh karena angin.

Ayu tumbuh besar dirumah bekas kandang ayam tersebut. Kini Ayu sudah mulai bersekolah TK. Ia juga memliki sahabat baik. Meski sering kali tak bisa membeli jajan, tapi sahabat baiknya selalu berbagi kue dengan Ayu. Terkadang Ayu hanya bisa melihat teman-temannya makan kue yg enak-enak sedangkan ia hanya bisa menunggu buah sawo tetangga jatuh atau mencari jambu air di dekat rumahnya untuk diambil kacang mentenya,

Suatu hari Ayu melihat teman-temannya menaiki sepeda roda 4 mereka dengan gembira. Ayu tidak pernah merengek kepada orang tuanya karena ia tahu jika orang tuanya memiliki uang pasti ayu juga dibelikan sepeda. Kemudian datanglah sahabat baik ayu yaitu Dwi. Dwi meminjamkan sepedanya ke Ayu. Di bawah sinar terik matahari Ayu mengendarai sepeda Dwi dengan sangat gembira. Melihat Ayu gembira menaiki sepeda Dwi, Pak Muji dan Bu Nita tersenyum sedih.

Kini Ayu sudah kelas 1 SD, Bu Nita melahirkan anak perempuan lagi yang diberi nama Anisa Kasanah. Ayu sangat senang mendapatkan adik sekaligus teman. Dibalik kebahagiaan itu, Pak Muji dan Bu Nita khawatir tidak dapat mencukupi kebutuhan Ayu dan Nisa. Kebutuhan Keluarga Pak Muji semakin banyak sedangkan penghasilannya sebagai buruh pabrik rongsokan tidak menentu. Hutang mereka sudah banyak tetapi penghasilan tidak bertambah. Dalam posisi sulit seperti itu, Pak Muji mendapatkan ide untuk berjualan Bakso tetapi ia tidak punya modal. Ia mencoba pinjam ke saudara-saudaranya tetapi belum mendapatkan hasil.

Beberapa hari kemudian adik dari Pak Muji datang untuk memberikan pinjaman 300.000. Uang tersebut Pak Muji gunakan untuk membuat rombong bakso dan bahan bakso. Awalnya ia hanya berjualan keliling tapi karena melelahkan kemudian ia menyewa tempat di gang desa. Usaha Pak Muji cukup lancar tapi pembeli terbatas yaitu hanya orang sekitar desa saja. Lalu ia mencoba mencari tempat berjualan dipinggir jalan raya.

Masalah kembali datang, rumah yg mereka sewa diterpa angin kencang. Mereka pun harus pindah, tempat satu-satunya hanya rumah nenek. Dirumah nenek Ayu sangat senang karena dekat dengan saudara-saudaranya. Lain dengan Pak Muji dan Nenek, mereka kerap kali bertengkar hingga suatu ketika Pak Muji pernah meninggalkan rumah Nenek. Saat itu Ayu sudah SMP kelas 3. Pertengkaran itu membuat Ayu tidak betah di rumah dan membuat nilai-nilai sekolahnya menurun.

Suatu hari Paman dari Ayu menawarkan keluarga Pak Muji untuk tinggal dirumah kosong yg sudah dibeli paman. Keluarga Pak Muji sangat bahagia. Dimulai dari rumah inilah keluarga Pak Muji mulai membangun mimpi mereka yaitu membangun rumah yg layak untuk ditinggali. Dirumah Paman itu, penghasilan Pak Muji meningkat karena letak rumah yg dekat dengan jalan ramai. Pak Muji mulai menabung untuk pembangunan rumah mereka kelak.

6tahun kemudian Paman ingin mengambil rumahnya kembali jadi kelurga Pak Muji harus pindah secepatnya. Karena bingung harus kemana akhirnya Pak Muji memutuskan untuk membangun rumah di atas tanah warisan, di bekas rumah tempat Ayu di lahirkan. Pembangunan dilakukan dalam waktu 4bulan dengan uang seadanya. Meskipun rumah belum berlaintaikan ubin dan belum dicat, keluarga Pak Muji harus pindah. Tapi inilah imipian Pak Muji, memiliki rumah sendiri tanpa harus merepotkan saudara lagi.



Cerita tersebut memberitahu kita bahwa asalkan ada usaha, asalkan bersyukur dengan proses yg ada, asalkan kita bersyukur semua akan indah pada waktunya. Meski kadang prosesnya menyakitkan, tujuan berantakan, sampai pada puncak yang lain tapi pada akhirnya tetap saja kita sampai pada puncaknya. Seperti kata pepatah banyak jalan menuju roma. ^_^

Good Luck

by Klenting Kuning



No comments:

Post a Comment